Dewasa ini banyak dijumpai segala jenis aneka macam makanan yang enak dan lezat. Dengan aroma rasanya yang kuat membuat selara makan semakin meningkat. Tapi siapa sangka ternyata di balik kuat dan lezatnya aroma masakan yang bermacam-macam jenisnya tersebut pasti di dalamnya telah tercampur MSG. Apa sih MSG itu???Sampai begitu populernya didengung-dengungkan di media cetak maupun televisi.
MSG dibuat dari molasses tebu atau dari tepung jagung, singkong, beras, atau sagu. Melalui proses fermentasi oleh mikroba, unsur karbohidrat dari bahan-bahan tersebut diolah menjadi glutamat. Glutamat yang dihasilkan bakteri ini lalu melalui berbagai proses lagi, seperti netralisasi, dekolorisasi (membuang warna sehingga menjadi putih), pengkristalan, pengeringan, pengayakan, dan terakhir pengepakan, hingga siap untuk dipasarkan. MSG, sesuai namanya, adalah natrium dan glutamat. MSG mengandung natrium sekitar 12% dari berat MSG, dan 78% glutamat, sedangkan sisanya adalah air sebanyak 10%. Natrium adalah mineral yang juga merupakan komponen utama garam. Glutamat adalah salah satu jenis protein yang merupakan komponen alamiah berbagai jenis makanan seperti daging, ayam, makanan laut, sayuran, dan juga bumbu masak, seperti terasi.
Sejak ditemukan di Jepang tahun 1909 oleh Ajinomoto Corp, monosodium glutamat (MSG) telah berkembang menjadi salah satu zat aditif makanan yang paling populer di seluruh dunia. Selain MSG, ada penyedap rasa lain yang digunakan oleh industri makanan seperti disodium inosinat (IMP) dan disodium guanilat (GMP). Namun MSG-lah yang paling disukai orang karena kemurahan dan keefektifannya dalam menguatkan rasa. Inilah yang membuat para pelaku usaha di bidang makanan mencoba meraih keuntungan lebih besar dengan memberikan MSG pada makanan.
Konsumsi di negara maju ternyata lebih banyak dibanding dengan negara berkembang. Sehingga pada tahun 1995 FASEB menjawab permintaan dari badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat FDA (Food and Drug Administration) untuk meneliti keamanan MSG terkait dengan banyaknya isu negatif tentang MSG. FASEB adalah singkatan dari Federation of American Societies for Experimental Biology, lembaga di Amerika Serikat yang mendedikasikan diri untuk penelitian seputar ilmu biologi dan biomedis. FASEB mengemukakan bahwa MSG dapat menimbulkan:
- Rasa terbakar di bagian belakang leher, lengan atas, dan dada
- Rasa penuh di wajah
- Nyeri dada
- Sakit kepala
- Mual
- Berdebar-debar
- Rasa kebas di belakang leher menjalar ke lengan dan punggung
- Rasa kesemutan di wajah, pelipis, punggung bagian atas, leher, dan lengan
- Mengantuk
- Lemah
Menurut Russell Blaylock, penulis buku Excitotoxins – The Taste That Kills, MSG adalah excitotoxin yaitu zat kimia yang merangsang dan dapat mematikan sel-sel otak. Blaylock menyatakan bahwa MSG dapat memperburuk gangguan saraf degeneratif seperti alzheimer, penyakit Parkinson, autisme serta ADD (attention deficit disorder).
MSG juga meningkatkan risiko dan kecepatan pertumbuhan sel-sel kanker. Ketika konsumsi glutamat ditingkatkan, kanker tumbuh dengan cepat, dan kemudian ketika glutamat diblokir, secara dramatis pertumbuhan kanker melambat. Para peneliti telah melakukan beberapa eksperimen di mana mereka menggunakan pemblokir glutamat yang dikombinasi dengan pengobatan konvensional, seperti kemoterapi, dan hasilnya sangat baik. Pemblokiran glutamat secara signifikan meningkatkan efektivitas obat-obat anti kanker.
MSG juga meningkatkan risiko dan kecepatan pertumbuhan sel-sel kanker. Ketika konsumsi glutamat ditingkatkan, kanker tumbuh dengan cepat, dan kemudian ketika glutamat diblokir, secara dramatis pertumbuhan kanker melambat. Para peneliti telah melakukan beberapa eksperimen di mana mereka menggunakan pemblokir glutamat yang dikombinasi dengan pengobatan konvensional, seperti kemoterapi, dan hasilnya sangat baik. Pemblokiran glutamat secara signifikan meningkatkan efektivitas obat-obat anti kanker.
Akan tetapi ada juga yang menyatakan MSG aman dikonsumsi antara lain, Komite Ilmiah Uni Eropa yang menilai MSG sebagai zat makanan yang aman.
Di Jepang, MSG adalah zat aditif makanan yang boleh digunakan tanpa
pembatasan. Di Indonesia sendiri, MSG termasuk bahan makanan yang
dianggap aman oleh BPOM.
Bagaimana Solusinya?
Menyikapi hal di atas tersebut adalah yang kita lakukan adalah menghindari atau membatasi penggunaan MSG dalam makanan kita. Memperbanyak makan makanan yang alami seperti sayur, ikan, buah-buahan, bagaimanapun jika terlalu banyak bahan sintetis masuk ke dalam tubuh sangat tidak baik dan akan mempengaruhi kesehatan. Olahraga secara rutin tentunya akan sangat membantu tubuh untuk selalu fit setiap hari.
Posting Komentar